Kalau di film-film heist atau action, kita sering melihat aktor mengakses komputer canggih untuk mendapatkan identitas seseorang. Sayangnya, itu cuma di film. Zaman sekarang, tak butuh skill dewa atau perangkat canggih untuk mencuri identitas digital seseorang.
Dengan malware murah atau phishing sederhana, penipu bisa menggunakannya sebagai cara meretas data pribadi mulai darii akun media sosial, email, hingga rekening bank.
Bahkan, berdasarkan whitepaper dari VIDA, skema penipuan digital makin berkembang dan melibatkan teknologi seperti deepfake, AI, dan identitas sintetis untuk melancarkan aksinya. Artikel ini membongkar 7 cara meretas data pribadi yang digunakan hacker, sekaligus menjelaskan bagaimana cara mencegahnya sebelum berdampak fatal.
Artikel ini bukan untuk menyebarkan cara-cara meretas data pribadi, ya. Justru kamu harus mengetahuinya agar bisa mengamankan data pribadimu yang barangkali saat ini tersebar di internet. Berikut cara meretas data pribadi yang perlu kamu ketahui:
Metode paling klasik dan masih sering digunakan sebagai cara meretas data pribadi adalah adalah menebak password. Cara ini banyak digunakan mengingat fakta bahwa sebagian besar orang menggunakan password yang sama untuk beberapa akun berbeda. Meretas data pribadi lewat password umumnya dilakukan dengan dua cara:
Lalu apa, dong, solusinya?
Pastinya, kalian harus menggunakan password yang kuat, panjang, dan unik di setiap akun. Jangan lupa juga untuk mengaktifkan autentikasi dua faktor untuk menambah lapisan keamanan.
Malware masih menjadi “senjata murah” yang efektif untuk cara meretas data pribadi. Banyak korban mengunduh aplikasi dari situs tidak resmi, membuka file dari email palsu, atau mengeklik tautan mencurigakan. Sekali malware aktif, dampaknya adalah semua aktivitas di handphone bisa terekam dan data pribadi bisa diambil. Ngeri banget, kan?
Lalu apa, dong, solusinya?
Yang paling penting adalah hindari mengunduh file atau aplikasi dari situs tidak resmi. Kemudian, selalu update OS dan aplikasi, serta jangan mengklik link sembarangan.
Social engineering adalah serangan berbasis psikologi, bukan teknologi. Hacker menyamar sebagai pihak terpercaya—misalnya bank, fintech, atau institusi resmi—lalu meminta informasi pribadi melalui telepon, SMS, atau email.
Sayangnya, semakin canggihnya teknik manipulasi ini dibarengi dengan rendahnya kesadaran masyarakat tentang verifikasi identitas digital yang sah.
Agar terhindar dari cara meretas data pribadi ini, waspadai pesan dari pihak yang mengaku resmi, apalagi jika meminta OTP atau data sensitif.
WiFi gratis di tempat umum bisa jadi celah masuk hacker. Beberapa metode yang digunakan antara lain:
Solusi paling aman? Gunakan koneksi pribadi, aktifkan VPN, dan pastikan platform yang kamu gunakan menggunakan autentikasi berbasis identitas, bukan hanya username-password.
SQL injection adalah teknik yang digunakan untuk menyerang database dari suatu website atau aplikasi, termasuk cara meretas data pribadi yang patut diwaspadai.
Hacker menyisipkan skrip berbahaya di kolom input, lalu mengeksploitasi sistem untuk mengakses data seluruh pengguna, mengubah atau menghapus data, atau mengambil alih kontrol admin.
Dampaknya bukan hanya pada satu akun, tapi bisa merugikan ribuan pengguna dalam waktu bersamaan. Ini jadi pengingat penting bahwa keamanan data pribadi juga tergantung pada sistem dan platform yang kita gunakan.
Keylogger adalah malware yang merekam semua aktivitas keyboard pengguna. Begitu keylogger terpasang, setiap huruf yang kamu ketik akan dikirim ke hacker.
Modus ini sering digunakan dalam serangan phishing, atau disisipkan ke aplikasi bajakan. Oleh karena itu, berhati-hatilah saat mengunduh aplikasi. Juga hindari memasukkan data pribadi di situs yang tidak jelas atau tidak aman (non-HTTPS).
Beberapa cara meretas data pribadi terjadi karena adanya orang dalam yang sengaja (atau tidak sengaja) membocorkan akses ke sistem internal.
Kasus seperti ini bahkan pernah dialami oleh perusahaan besar seperti Microsoft dan Yahoo. Peretas menggunakan akses dari mantan pegawai atau vendor pihak ketiga untuk mendapatkan data sensitif.
Untuk menghindari ini, selalu logout dari akun di perangkat yang digunakan bersama. Lalu gunakan alert notifikasi login agar bisa mendeteksi aktivitas mencurigakan.
Serangan siber yang menyasar data pribadi karyawan atau pengguna bisa terjadi pada perusahaan mana pun. Ancaman ini bisa berdampak pada kerugian finansial, reputasi, hingga kepercayaan publik.
Berikut 5 langkah strategis yang dapat dilakukan perusahaan:
Banyak serangan peretasan data pribadi dimulai dari pendaftaran akun atau akses awal oleh identitas palsu atau sintetis. Jika sejak awal tidak ada verifikasi yang solid, akun fraud akan lolos.
Password dan OTP saja sudah tidak cukup untuk menghalau hacker. Mereka bisa dicuri lewat phishing, SIM swap, atau keylogger. Bahkan, bank-bank di Singapura dan Malaysia sudah meninggalkan OTP karena teknologinya yang sudah usang.
Beralih ke cara login tanpa password, misalnya dengan login berbasis biometrik dan perangkat. Jadi, pengguna hanya bisa login menggunakan wajah mereka dan pada perangkat yang mereka gunakan untuk mendaftar. Ini mencegah adanya login akun dari perangkat lain.
Hacker sering menggunakan pola transaksi kecil atau aktivitas mencurigakan sebelum melakukan serangan besar. Tanpa monitoring real-time, indikasi awal sering terlewat.
Pakar cybersecurity, Mikko Hyppönen, dalam acara VIDA Executive Summit mengatakan, “cara tradisional dalam mencegah peretasan adalah mencegah hackers untuk masuk ke dalam sistem. Padahal bisa saja hackers sudah ada di dalam sistem. Sehingga penting untuk melakukan deteksi dan pemantauan berkelanjutan.”.
Ancaman tidak hanya datang dari luar, tapi juga orang dalam yang tidak sengaja (atau sengaja) membocorkan data. Role-based access dan edukasi adalah kombinasi wajib.
Mengingat banyaknya pintu masuk untuk peretasan, perusahaan perlu menyadari bahwa keamanan tidak dimulai dari sistem, tapi dari siapa yang mengakses sistem tersebut.
VIDA, sebagai penyedia layanan identitas digital yang tersertifikasi (PSrE), menawarkan lapisan keamanan berbasis verifikasi identitas dan autentikasi biometrik yang bisa menghentikan serangan bahkan sebelum dimulai.
Beberapa solusi dari VIDA yang relevan:
Memahami cara meretas data pribadi bukan untuk meniru, tapi untuk mencegah.Perusahaan dan individu harus bergerak lebih maju dari sekadar proteksi pasif. Saatnya beralih ke keamanan berbasis identitas digital, dan pastikan kamu sebagai individu tidak memberi celah sedikitpun bagi hackers.