Masyarakat unbanked atau yang belum tersentuh akses keuangan di Indonesia menurut data dari Bank Dunia pada tahun 2021 mencapai sekitar 51% dari total penduduk. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan logistik dan akses dalam menyediakan layanan keuangan di seluruh wilayahnya.
Menurut survei Global Findex 2021, 66 juta orang dewasa di Indonesia tidak memiliki rekening bank, yang berarti lebih dari 25% penduduk dewasa terputus dari layanan keuangan formal. Bayangkan 66 juta orang yang tidak dapat mengakses pinjaman, asuransi, atau investasi, yang menghambat kemampuan mereka untuk mengembangkan bisnis, meningkatkan kesejahteraan, atau menghadapi situasi darurat. Dengan keterbatasan ini, 66 juta orang ini terpaksa menggunakan layanan informal yang berisiko, yang memperburuk ketimpangan ekonomi.
Penggunaan identitas digital berperan dalam keuangan inklusif. Tapi bagaimana dengan kemungkinan adanya identity fraud atau penipuan identitas? Yuk, simak artikelnya!
Apa Itu Identitas Digital?
Bank Dunia mendefinisikan identitas digital sebagai kredensial dan atribut seseorang yang disimpan secara digital. Artinya, identitas digital adalah representasi dari identitas seseorang dalam bentuk elektronik, yang digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas online, seperti verifikasi identitas, transaksi keuangan, dan akses ke layanan publik.
Menurut Bank Dunia, identitas digital mencakup komponen penting, yakni:
Dalam konteks keuangan inklusif, identitas digital berperan penting karena memungkinkan individu yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan perbankan untuk memverifikasi identitas mereka secara online. Keuntungan ini menghilangkan kebutuhan akan verifikasi fisik, yang sering kali menjadi hambatan bagi masyarakat di daerah terpencil.
Manfaat Identitas Digital
Bayangkan seorang wanita yang tinggal di sebuah desa kecil di Nusa Tenggara Timur. Ia bercita-cita membuka usaha tenun sendiri. Namun, ia belum pernah menginjakkan kaki di bank dan tidak punya dokumen lengkap untuk mengajukan pembukaan rekening. Seperti jutaan orang Indonesia lainnya, dia terpinggirkan dari layanan keuangan karena kesulitan
Di sinilah identitas digital berperan membantu seseorang mencapai manfaat keuangan inklusif. Melalui verifikasi hanya dengan KTP dan wajah dirinya, wanita tersebut dapat melewati hambatan jarak, dokumen yang rumit, dan waktu, sehingga bisa mendapatkan akses ke layanan perbankan dan pinjaman.
Namun, tanpa verifikasi identitas yang aman, sistem yang dirancang untuk memberdayakan orang-orang seperti mereka justru menjadi sasaran penipuan yang mempertaruhkan keuangan dan masa depannya. Hal ini membuat solusi identitas yang aman sangat penting untuk mewujudkan layanan keuangan yang benar-benar inklusif.
Berdasarkan ilustrasi di atas, berikut manfaat identitas digital untuk akses layanan keuangan yang dikutip dari Taylor Wessing:
1. Proses Onboarding Lebih MudahIdentitas digital memudahkan dan mempercepat proses onboarding karena dapat mengeliminasi proses verifikasi secara fisik. Dahulu, calon nasabah harus datang ke bank dan membawa sejumlah dokumen, belum lagi harus mengantre. Namun dengan identitas digital, pembukaan rekening bank dapat dilakukan dengan cepat.
2. Meningkatkan KeamananIdentitas digital memungkinkan otentikasi pengguna yang lebih aman. Kombinasi dokumen digital seperti KTP dan data biometrik menghasilkan keamanan lebih kuat terhadap penipuan identitas.
Baca juga: Bagaimana Layanan Keuangan dapat Menolak Data Pribadi Curian
3. Operasional yang Lebih AmanVerifikasi identitas digital meminimalisir kesalahan manusia, sehingga lebih dipercaya untuk proses Know Your Customer (KYC) dan Anti-Money Laundering (AML).
4. Pemberdayaan EkonomiDengan menyediakan cara identifikasi yang aman dan dapat diverifikasi, institusi keuangan turut memberdayakan individu dalam ekonomi formal. Hal ini juga berpengaruh pada meningkatnya inklusi keuangan.
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah penerima manfaat dari layanan P2P lending meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, dengan teknologi identitas digital sebagai salah satu faktor pendorongnya. Hal ini menunjukkan bahwa inklusi keuangan melalui inovasi teknologi semakin mungkin terjadi di Indonesia.
Identitas digital perlu dilindungi dengan teknologi yang dapat mencegah penipuan identitas (identity fraud). Melalui VIDA Identity Stack, VIDA menyediakan solusi end-to-end yang memastikan setiap aspek dari proses identifikasi, otentikasi, hingga pencegahan penipuan dilakukan dengan aman dan efisien.
1. Identity Verification: Fondasi dari Identitas DigitalIdentity Verification dari VIDA adalah langkah awal yang memastikan hanya individu yang sah dapat mengakses layanan digital. Teknologi ini menggunakan face liveness, document liveness, hingga income verification untuk memastikan verifikasi yang cepat namun akurat.
2. User Authentication: Mengamankan Akses dengan Teknologi BiometrikSetelah proses identifikasi, langkah selanjutnya adalah menjaga agar pengguna yang sah tetap memiliki akses ke akun mereka dengan aman. Sistem User Authentication VIDA tidak lagi menggunakan password dan menggantinya dengan otentikasi biometrik. Hal ini membuat sistem otentikasi VIDA tidak dapat disusupi serangan social engineering.
3. Fraud Detection: Mencegah Penipuan dengan Teknologi CanggihPenipuan digital semakin berkembang pesat, contohnya serangan deepfake. Teknologi liveness detection VIDA dapat mendeteksi pola mencurigakan dalam proses KYC maupun transaksi, sekaligus mendeteksi dan mencegah injection attack.
Baca juga: Mengenal Injection Attack
Identitas digital memang berperan penting dalam keuangan yang lebih inklusif. Namun, keamanannya tidak boleh diabaikan. Keamanan transaksi adalah kunci kepercayaan pelanggan. Ketika pelanggan mempercayai suatu layanan keuangan, maka disitulah ia dapat membuka akses finansial lebih luas lagi.
Ketahui lebih lanjut tentang VIDA Identity Stack di sini: https://vida.id/wtf-whitepaper.