BLOG | VIDA DIGITAL IDENTITY

Tren Serangan Siber yang Banyak Terjadi di Indonesia

Written by VIDA | 2024 Mar 18 02:57:00

Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami peningkatan signifikan dalam hal serangan siber. Dengan populasi pengguna internet yang besar yakni 221 juta jiwa di tahun 2024, Indonesia sering kali menjadi target utama bagi para pelaku kejahatan siber. 

Di dunia, ada banyak jenis serangan siber. Tapi apa saja yang terdapat di Indonesia? Berikut sejumlah serangan siber yang perlu kita waspadai.  

  1. Phishing

Salah satu metode serangan yang paling banyak terjadi adalah phishing. Phishing adalah serangan dengan cara penipu mengirim email atau pesan berisi link yang dirancang untuk menipu penerima agar mengungkapkan informasi pribadi. Berdasarkan laporan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), terjadi peningkatan kasus phishing hingga 70% pada tahun sebelumnya. 

  1. Serangan DDoS

Distributed Denial of Service (DDoS) adalah serangan yang mengganggu operasional situs web atau layanan online. Serangan ini dilakukan dengan cara mengirimkan fake traffic atau lalu lintas internet yang besar ke situs web hingga menyebabkan situs web tidak bisa diakses. Laporan tahunan BSSN menunjukkan bahwa terjadi peningkatan serangan DDoS sebesar 40% terhadap infrastruktur penting nasional. 

  1. Ransomware

Serangan ransomware juga semakin mengkhawatirkan. Ransomware adalah jenis malware yang mengenkripsi file korban dan meminta tebusan untuk membuka file tersebut. Ransomware adalah contoh penyusupan yang memanfaatkan kelemahan keamanan sistem. Menurut data BSSN, serangan ransomware di Indonesia meningkat sebesar 50%. Serangan ini  mengakibatkan kerugian finansial dan gangguan layanan pada institusi. 

  1. Serangan pada Perangkat Mobile

Serangan ini khusus terjadi pada handphone. Malware, aplikasi berbahaya, dan penipuan SMS adalah beberapa metode yang sering digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk menargetkan pengguna handphone. 

  1. Deepfake Biometric 

Deepfake adalah satu jenis kecerdasan buatan (AI) yang digunakan untuk menciptakan foto dan audio palsu yang ditiru dari orang betulan sehingga terlihat autentik. Awalnya, deepfake digunakan untuk konten hiburan. Namun, saat ini deepfake telah banyak digunakan untuk menipu biometrik saat proses verifikasi identitas. Akibatnya, penipu mendapat akses tidak sah ke dalam sistem. 

Solusi Pengamanan Data dari Penipuan Berkedok Deepfake 

Menghadapi ancaman deepfake memerlukan strategi komprehensif yang mencakup teknologi keamanan siber terkini, edukasi karyawan, kebijakan tata kelola informasi yang kuat. Penting juga bagi perusahaan untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dan organisasi lain memperkuat pertahanan terhadap manipulasi informasi.

Sebagai bagian dari solusi perlindungan data, VIDA menawarkan pengembangan teknologi yang lebih terkini yakni VIDA Deepfake Shield. Dalam hal ini, VIDA telah diperkuat dengan kemampuan untuk mengontrol seluruh proses menuju akses sistem biometrik, sehingga celah fraud sekecil apapun bisa cepat dicegah. Menghadapi serangan siber yang terus berkembang, mengadopsi solusi seperti VIDA Deepfake Shield bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.