Mau bikin rekening bank atau mengajukan pinjaman online zaman sekarang bisa sambil rebahan. Cukup bermodalkan handphone, tinggal upload foto KTP, masukkan data, klik “submit”, dan tunggu persetujuan.
Namun, dibalik teknologi yang serba memudahkan, jangan abaikan potensi ancamannya. Karena sekarang mengurus keuangan tidak perlu tatap muka, justru muncul kasus di mana data pribadi seperti KTP dan wajah digunakan tanpa izin untuk membuka rekening atau mengambil pinjaman atas nama orang lain.
Salah satu cara yang paling untuk mencegah ini adalah dengan verifikasi wajah. Dengan cara ini, identitas pengguna benar‑benar valid dan tidak bisa “dipalsukan” oleh pihak tak bertanggung jawab.
Meski dari sisi kita verifikasi wajah hanya berupa selfie, proses ini sangat penting untuk mengamankan data pribadi kita. Yuk, simak penjelasanya!
Ini contoh kasus penipuan di Indonesia yang telah terungkap di mana korban tidak pernah mengajukan pinjaman, tetapi tiba‑tiba tercatat sebagai debitur:
Akibatnya, banyak korban menanggung utang yang bukan miliknya, skor kreditnya terganggu, serta kesulitan membuktikan bahwa mereka tidak pernah mengajukan pinjaman tersebut.
Situasi ini menunjukkan bahwa verifikasi tidak cukup melalui KTP saja. Sebab, KTP rawan digandakan dan dicuri datanya, lalu disalahgunakan. Dibutuhkan mekanisme verifikasi lebih kuat untuk memastikan bahwa yang mengajukan pinjaman atau pembukaan rekening adalah pemilik data asli. Mekanisme itu adalah verifikasi wajah.
Mungkin secara sederhana, verifikasi wajah hanya dianggap mencocokkan foto kita dengan KTP. Namun, verifikasi wajah adalah lapisan keamanan krusial dalam dunia finansial online. Berikut alasannya:
Hampir semua urusan kita yang berhubungan dengan layanan publik atau keuangan mengandalkan KTP. Alhasil, KTP kita pun tersebar ke mana-mana; Bisa difoto, screenshot, bahkan difotokopi.
Dengan cara ini, pelaku fraud bisa memakai identitas korban berulang kali tanpa izin. Beda cerita jika pakai verifikasi wajah, maka pengajuan tidak bisa hanya menyertakan KTP. Petugas bank atau pinjaman online bisa memastikan bahwa foto wajah yang diberikan cocok dengan pemegang KTP.
Verifikasi wajah dilakukan dengan teknologi, bukan manusia. Ada teknologi yang disebut liveness check, yakni memastikan pada saat membuka rekening atau mengajukan pinjaman, pemohon benar‑benar manusia hidup, bukan foto lama, hasil editan, atau manipulasi digital (deepfake). Ini penting agar akun atau pinjaman tidak dibuka atas nama orang lain.
Dengan verifikasi wajah, lembaga keuangan dan pinjol bisa memastikan bahwa pemohon pinjaman adalah orang yang benar. Jadi, tidak ada lagi korban yang terdaftar memiliki utang padahal mereka tidak pernah mengajukan.
Bank atau fintech yang menerapkan verifikasi wajah lebih dipercaya pengguna karena menunjukkan komitmen menjaga keamanan data. Ini juga mengurangi potensi fraud, klaim palsu, dan kerugian reputasi yang bisa muncul jika banyak akun ilegal berhasil lolos.
Dengan regulasi perlindungan data dan identitas yang semakin ketat, verifikasi wajah membantu institusi finansial memenuhi standar compliance, sekaligus melindungi hak konsumen.
Bayangkan dua skenario berikut:
Pada intinya, dalam proses verifikasi wajah yang terlihat sederhana ini, terjadi proses di belakang layar untuk mencocokkan data KTP dengan wajah asli pemohon. Jadi meskipun dalam skenario terburuk data KTP seseorang tersebar, jika aplikasi bank atau pinjaman online tersebut memiliki teknologi verifikasi yang canggih, maka pengajuan akan ditolak.
Verifikasi wajah bukan cuma soal mencocokkan foto, tetapi memastikan identitas, keamanan, dan integritas data. Ini membantu melindungi konsumen dari utang ilegal, menjaga reputasi platform, dan membangun kepercayaan di dunia keuangan digital.
Jadi, ingat baik‑baik: Kapan pun membuka rekening atau pinjaman online, pastikan ada verifikasi wajah (face verification + liveness). Identitasmu bukan data yang bisa dianggap enteng.