Dunia keamanan siber (cyber security) memiliki dua pelaku utama yang menjadi perhatian khusus, yakni keberadaan hacker dan cracker. Perbedaan antara hacker dan cracker seringkali membingungkan bagi banyak orang, karena kedua istilah tersebut kerap digunakan secara bergantian dalam konteks keamanan cyber. Namun, ada perbedaan mendasar antara keduanya
Apa perbedaan hacker dan cracker di dalam dunia keamanan siber? Bagaimana cara kerja masing-masing? Yuk, simak penjelasan di artikel ini!
Hacker adalah individu yang memiliki kemampuan pemrograman untuk menemukan celah kelemahan pada sistem komputer. Hacker biasanya memiliki tujuan yang beragam, seperti membobol sistem keamanan, memperoleh akses tidak sah, atau mencuri informasi sensitif.
Mirip dengan hacker, cracker juga terlibat dalam aktivitas peretasan. Namun, cracker melakukan peretasan dengan tujuan kriminal. Cracker bekerja secara ilegal dan khusus meretas sistem dari jarak jauh untuk mencuri data dan merusaknya secara permanen.
Perbedaan hacker dan cracker tergantung pada cara kerja, tujuan, kerusakan yang disebabkan, dan faktor lainnya. Meskipun sama-sama aktivitas meretas, namun keduanya memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Berikut perbedaan hacker dan cracker yang harus kamu ketahui.
Meski telah banyak perbedaan hacker dan cracker, keduanya sama-sama menggunakan berbagai metode untuk meretas sistem dan mencuri data. Berikut metode yang mereka gunakan:
Hacker dan cracker sering meretas kata sandi menggunakan berbagai metode seperti menebak kombinasi kata sandi atau menggunakan algoritma yang menghasilkan kombinasi angka, huruf, dan simbol.
Metode yang digunakan hacker dan cracker ini melibatkan penyebaran virus atau malware melalui berbagai celah yang terhubung ke internet seperti email, file unduhan, atau koneksi Wifi. Pengguna biasanya menerima pesan yang meminta mereka mengklik atau mengunduh file tertentu, yang kemudian menginfeksi dan merusak sistem komputer.
Rekayasa sosial adalah teknik manipulatif yang digunakan hacker dan cracker untuk mengeksploitasi kesalahan manusia dan mendapatkan informasi pribadi atau keuangan.
Hacker dan cracker dapat menyusup ke perangkat pengguna dengan memanfaatkan jaringan Wi-Fi terbuka yang tidak aman. Metode ini dikenal sebagai wardriving. Setelah terhubung, hacker hanya perlu melewati keamanan dasar untuk mengakses perangkat yang terhubung ke jaringan tersebut.
Injection Attack adalah serangan berupa injeksi kode atau perintah berbahaya ke dalam sistem biometrik untuk memanipulasi sistem. Contohnya, penipu menginjeksikan data biometrik palsu ke dalam sistem pengenalan wajah (face recognition) yang ada pada sistem verifikasi. Serangan ini bertujuan untuk mendapatkan akses ilegal ke dalam sistem keamanan.
Memahami perbedaan hacker dan cracker sangat penting dalam konteks keamanan cyber. Terkadang masyarakat mengira bahwa hacker-lah yang melakukan peretasan merugikan. Kenyataannya, terdapat juga cracker yang perlu diwaspadai dan dilawan.
Khusus untuk mencegah invasi hacker dan cracker ke dalam sistem verifikasi pada sebuah aplikasi, gunakanlah verifikasi yang aman. Verifikasi dari VIDA telah diperkuat dengan kemampuan untuk mengontrol seluruh proses dalam sistem biometrik, sehingga upaya peretasan dapat dicegah lebih dini.