Belanja online, pesan makanan online, bayar tagihan dan transfer uang lewat mobile banking, menyenangkan sekali, ya, transaksi digital ini? Selain mudah dan cepat, seringkali transaksi digital memberikan promosi yang tidak diberikan saat transaksi konvensional.
Kendati demikian, tahukah kamu bahwa kemudahan ini juga membuka celah bagi transaksi palsu? Karena terlena dengan transaksi yang tanpa hambatan, banyak orang tidak sadar bahwa ada aktivitas di rekening atau kartu mereka yang tidak pernah mereka lakukan sendiri.
Selain contoh transaksi palsu, waspadai juga fraud atau penipuan yang bisa menguras rekeningmu. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang transaksi palsu dan fraud, celah-celah yang patut diwaspadai, dan cara pencegahannya. Yuk, simak!
Apa Itu Transaksi Palsu?
Transaksi palsu adalah transaksi yang tercatat dalam sistem keuangan atau digital, tapi sebenarnya tidak pernah dilakukan oleh pemilik akun secara sadar atau sengaja.
Artinya, pemilik akun mendapati mutasi rekening yang aneh, notifikasi pembelian dari platform yang tidak kamu kenal, atau pemotongan saldo yang tidak kamu ketahui sumbernya.
Contoh transaksi palsu tersebut muncul dari berbagai bentuk penyalahgunaan akses atau data oleh pihak tidak bertanggung jawab, baik karena kelengahan pengguna atau celah keamanan sistem.
Lalu apa bedanya dengan fraud?
Jika transaksi palsu adalah aktivitas transaksi yang terjadi tanpa sepengetahuan atau persetujuan pemilik akun., fraud adalah aksi manipulatif yang dilakukan oleh pelaku untuk menciptakan situasi transaksi palsu. Contoh fraud adalah pencurian data, phishing, social engineering, atau penyusupan ke sistem.
Dengan kata lain, fraud adalah penyebab, sedangkan transaksi palsu adalah akibatnya.
10 Contoh Transaksi Palsu yang Sering Terjadi
Berikut adalah beberapa contoh transaksi palsu:
1. Tagihan Transfer Padahal Tidak Pernah Mengirim Uang
Kamu tiba-tiba melihat mutasi transfer ke rekening asing, padahal kamu tidak pernah membuka aplikasi saat itu.
Nah, fraud yang terjadi adalah pengambilalihan akun atau Account Takeover. Pelaku berhasil mengambil alih akses akun bank atau dompet digital kamu dan melakukan transfer tanpa sepengetahuanmu.
Celah-celah account takeover terjadi lewat phishing, malware, atau SIM swap. Misalnya, kamu pernah mendapat pesan yang menyatakan bahwa kamu menang hadiah undian lalu kamu harus mengklik link? Nah, itu contoh upaya phishing.
2. Pembelian E-Commerce Gagal Tapi Saldo Tetap Terpotong
Contoh transaksi palsu yang juga patut kamu waspadai juga adalah ketika pembelian online-mu di e-commerce gagal, tetapi saldomu tetap terpotong. Itu terjadi karena penipu memanfaatkan sistem pembayaran atau bug platform untuk menciptakan transaksi gagal palsu. Jadi transaksi gagal karena error, tapi uang tetap keluar dan tidak kembali.
Fraud yang terjadi adalah manipulasi sistem.
3. Tarikan Tunai ATM
Kamu mendapat notifikasi ada penarikan tunai di ATM Surabaya, padahal kamu dan kartu debitmu sedang di Jakarta. Alias, data kartu debit kamu disalin lalu digunakan untuk menarik uang dari lokasi berbeda.
Fraud yang terjadi dibalik transaksi palsu ini adalah skimming. Pelaku memasang alat di dalam mesin ATM yang bisa membaca data pada kartu ATM-mu.
4. Transaksi dari Perangkat yang Tidak Pernah Digunakan
Tiba-tiba ada transfer tidak dikenal di mobile banking-mu. Atau tiba-tiba ada notifikasi bahwa kamu mengajukan pinjaman padahal kamu tidak melakukannnya. Itu adalah contoh transaksi palsu yang terjadi jika akses loginmu tersebar.
Akses loginmu seperti username, password, atau PIN diretas lalu digunakan dari device lain. Cara termudah pelaku untuk mendapatkan akses loginmu adalah saat kamu login di Wi-Fi publik.
5. Langganan Otomatis dari Aplikasi Asing
Saldo kamu terpotong rutin karena langganan aplikasi yang tidak pernah kamu instal. Fraud yang terjadi kemungkinan adalah Subscription Scam.
Ini terjadi ketika kamu pernah klik pop-up, iklan, atau unduh aplikasi mencurigakan, dan pelaku secara diam-diam mengaktifkan auto-debit dengan persetujuan tersembunyi.
6. Pembelian Pulsa Berkali-kali dalam Waktu Singkat
Biasanya dilakukan oleh pelaku untuk mencuci saldo dari akunmu ke nomor mereka.
7. Transaksi QRIS Palsu
Contoh transaksi palsu ini biasanya menargetkan penjual. Modusnya: Pelaku menempelkan QRIS palsu di atas QRIS asli, sehingga pembeli tidak menyadari bahwa mereka transfer ke rekening yang bukan milik penjual.
8. Transaksi Berulang Kecil-Kecil Tapi Banyak
Modus ini biasanya digunakan pelaku untuk “menguji” kartu atau akun yang mereka retas. Fraud yang terjadi adalah card testing.
9. Notifikasi OTP Muncul Tanpa Diminta
Sistem mengirim OTP walau kamu tidak sedang login atau bertransaksi. Ini adalah tanda ada upaya masuk dari pihak tidak dikenal. Fraud yang dilakukan adalah brute force atau SIM swap attempt.
Sistem meminta OTP karena pelaku sedang mencoba masuk ke dalam akunmu. Jika OTP muncul tanpa diminta, lalu ada nomor yang menelepon untuk memintamu menyebutkan OTP tersebut, jangan lakukan. Itu adalah upaya penipu membobol akunmu.
10. Pembayaran Gagal Tapi Tetap Diteruskan
Misalnya transaksi digital ditolak karena saldo kurang, tapi sistem tetap memprosesnya karena bug atau exploit.
Cara Mencegah Transaksi Palsu
Kamu bisa menghindari contoh-contoh transaksi palsu tersebut dengan langkah-langkah berikut:
- Aktifkan notifikasi real-time untuk setiap transaksi.
- Jangan pernah membagikan OTP, PIN, atau password ke siapa pun, bahkan yang mengaku dari bank/resmi.
- Gunakan autentikasi biometrik seperti sidik jari atau wajah.
- Hindari login dari perangkat umum atau Wi-Fi publik saat mengakses layanan keuangan.
- Periksa mutasi rekening secara berkala dan laporkan setiap transaksi mencurigakan.
- Segera blokir akun atau kartu jika kamu merasa datamu bisa saja sudah dicuri.
Solusi Mencegah Transaksi Palsu
Untuk mencegah terjadinya transaksi palsu, pastikan kamu menggunakan otentikasi yang aman untuk setiap akun perbankan dan finansialmu.
Sebagai perusahaan identitas digital, VIDA menghadirkan solusi otentikasi yang memberikan keamanan bagi pengguna transaksi digital:
1. VIDA PhoneToken
Ini adalah jenis otentikasi berbasis perangkat, yaitu otentikasi yang hanya berhasil jika dilakukan melalui perangkat yang sama dengan yang digunakan saat mendaftar sebuah akun. Misalnya, kamu mendaftar mobile banking dengan handphone A, maka hanya melalui handphone A saja kamu bisa login mobile banking tersebut.
2. VIDA FaceToken
Ini adalah jenis otentikasi biometrik. Otentikasi ini menggabungkan face liveness detection dan face matching lalu bekerja bersamaan dengan otentikasi perangkat.
Semua berjalan di latar belakang, cukup dengan menghadapkan wajah ke kamera dan transaksi langsung diverifikasi secara real-time, tanpa PIN dan OTP.
Transaksi palsu bisa menimpa siapa saja. Dengan semakin banyaknya aktivitas digital, penting bagi kita untuk lebih waspada dan proaktif melindungi akses transaksi.
Jangan tunggu sampai saldo kamu terkuras atau identitasmu disalahgunakan. Bagi bisnis, saatnya beralih ke otentikasi VIDA yang anti-phishing dan seamless untuk pengguna.