Deepfake juga disebut deepfake AI karena merupakan teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan konten visual, audio, atau video yang terlihat dan terdengar nyata, meskipun sebenarnya palsu.
Deepfake sering digunakan untuk tujuan hiburan, pendidikan, hingga eksperimen teknologi. Namun, di sisi lain, teknologi ini juga memunculkan tantangan serius, terutama dalam hal penyebaran informasi palsu dan ancaman keamanan digital.
Apa saja risiko deepfake AI dan bagaimana solusi menghadapinya? Simak artikel ini, ya!
Bagaimana Deepfake AI Bekerja
Deepfake AI dibuat dengan memanfaatkan Generative Adversarial Networks (GANs), yaitu algoritma pembelajaran mendalam yang melibatkan dua model:
- Generator: Bertugas menciptakan konten palsu seperti wajah atau suara.
- Discriminator: Mengevaluasi keaslian konten tersebut.
Kedua model ini dilatih secara bersamaan hingga generator mampu menghasilkan konten yang sulit dibedakan dari konten asli. Contohnya bisa kamu temukan di filter wajah pada sosial media yang bisa mengubah ekspresi seseorang atau yang bisa meniru wajah artis. Deepfake ini sangat sulit dibedakan dengan yang asli, bukan?
Baca juga: Apa Itu Deepfake dan Cara Mengamankan Data Dari Serangan Deepfake
Penggunaan Deepfake AI
Seiring perkembangan teknologi, deepfake AI dapat ditemukan dalam berbagai kebutuhan. Sayangnya, meski deepfake awal mulanya digunakan untuk hiburan, ada juga pihak yang memanfaatkannya untuk penipuan.
Berikut penggunaan deepfake AI:
1. Hiburan dan Media
Deepfake AI ternyata sudah digunakan sejak beberapa tahun lalu untuk film. Deepfake AI yang digunakan berupa efek visual yang terlihat sangat realistis. Deepfake AI juga digunakan untuk menggantikan aktor yang telah meninggal, serta untuk membuatnya terlihat lebih tua atau muda.
2. Pendidikan
Di dunia pendidikan, deepfake AI digunakan untuk membuat konten edukasi yang lebih interaktif, seperti simulasi berbasis video. Deepfake AI juga digunakan untuk eksperimen teknologi dalam riset AI.
3. Politik dan Disinformasi
Sayangnya, deepfake juga digunakan dengan cara negatif. Apakah kamu ingat ada video pidato presiden yang ternyata palsu? Itulah deepfake AI. Ini adalah bentuk penyalahgunaan dalam rangka propaganda politik dan penyebaran disinformasi tentang tokoh publik. Dalam politik, hal ini sangat berbahaya karena dapat memengaruhi opini publik dan hasil pemilihan.
4. Pelanggaran Privasi
Salah satu penyalahgunaan terbesar deepfake adalah dalam pembuatan konten pornografi tanpa izin. Pelaku memanipulasi wajah korban untuk ditempelkan pada video yang tidak mereka setujui, sehingga merusak privasi dan reputasi individu.
5. Penipuan Digital
Satu lagi yang tak kalah berbahaya dari penggunaan deepfake AI adalah penjahat siber yang menggunakannya untuk meniru wajah atau suara seseorang. Tindakan ini dilakukan guna mengelabui seseorang atau sistem verifikasi.
Dalam data whitepaper VIDA, 84% bisnis di Indonesia pernah mengalami penipuan identitas, yang merupakan penipuan digital.
Penipuan digital berbasis AI, termasuk deepfake, rekayasa sosial, pengambilalihan akun, dan pemalsuan dokumen berkembang pesat dan menjadi ancaman serius bagi bisnis di seluruh dunia. Sistem keamanan lama sudah tidak efektif menghadapi serangan yang semakin canggih ini.
Deepfake digunakan untuk membuat video palsu yang dapat menyebarkan informasi salah secara luas.
Upaya Menghadapi Ancaman Deepfake
Diambil dari e-book VIDA, berikut upaya menghadapi ancaman deepfake AI yang melibatkan pendekatan multi-aspek seperti kewaspadaan manusia, teknologi canggih, hingga regulasi.
Seiring dengan kemajuan teknologi deepfake, perusahaan harus mengadopsi strategi komprehensif untuk menghadapi ancaman penipuan deepfake. Semua upaya ini dilakukan untuk menciptakan pertahanan yang kuat terhadap ancaman deepfake yang canggih, melindungi aset, reputasi, dan kepercayaan pelanggan.
1. Membangun Fondasi yang Kuat
Edukasi karyawan mengenai risiko deepfake melalui sesi pelatihan. Berikan skenario nyata dan cara menghadapinya untuk melatih respons karyawan.
2. Memperkuat Komunikasi
Gunakan platform terenkripsi dengan otentikasi multi-faktor untuk komunikasi sensitif. Tetapkan protokol verifikasi yang jelas untuk permintaan pembayaran.
3. Memanfaatkan Teknologi
Investasikan dalam teknologi deteksi deepfake terbaru, seperti VIDA’s Deepfake Shield. Integrasikan alat ini ke dalam proses yang sudah ada untuk perlindungan real-time. Gunakan langkah-langkah verifikasi identitas yang kuat untuk mencegah peniruan identitas.
4. Kolaborasi dan Berbagi Informasi
Ikut serta dalam forum industri untuk berbagi informasi tentang ancaman penipuan digital menggunakan deepfake AI. Perkuat kolaborasi antara bisnis, regulator, dan penyedia teknologi untuk mengembangkan standar industri yang holistik.
5. Perencanaan Respons
Kembangkan rencana respons situasi krisis yang komprehensif untuk menghadapi insiden deepfake AI. Tetapkan protokol yang jelas, tunjuk tim kepatuhan dan keamanan, dan buat langkah-langkah preventif.
VIDA Identity Stack: Solusi untuk Menghadapi Risiko Deepfake
Di tengah ancaman seperti deepfake, keamanan digital menjadi semakin penting. VIDA Identity Stack hadir sebagai solusi untuk melindungi identitas digital dan memastikan keaslian data. Platform ini menawarkan:
- Verifikasi Identitas: Teknologi berbasis biometrik yang memastikan bahwa individu yang diverifikasi adalah orang yang sebenarnya, mencegah penipuan berbasis deepfake AI.
- Otentikasi Pengguna: Menggunakan teknologi liveness detection untuk mencegah penggunaan deepfake dalam proses otentikasi biometrik.
- Deteksi Fraud: Rangkaian teknologi yang dapat mengenali manipulasi digital dan menjaga integritas transaksi.
Dengan menggunakan VIDA Identity Stack, individu dan organisasi dapat melindungi diri dari risiko yang ditimbulkan oleh teknologi deepfake, memastikan keamanan data, dan menjaga kepercayaan dalam transaksi digital.
Deepfake AI menawarkan potensi besar, tetapi juga membawa risiko signifikan. Lindungi bisnis dari ancaman penipuan deepfake dengan VIDA Identity Stack.