Menyambut peringatan Hari Konsumen Nasional pada tanggal 20 April 2024, kita diingatkan akan pentingnya perlindungan konsumen di era digital. Teknologi deeepfake, dengan kemampuannya untuk membuat konten palsu yang hampir tidak dapat dibedakan dari kenyataan, telah menjadi senjata bermata dua. Kasus Melaney Ricardo, yang menjadi korban iklan penurunan berat badan palsu, adalah contoh nyata bagaimana deepfake dapat memengaruhi konsumen dan bisnis.
Baru-baru ini Melaney Ricardo, seorang selebriti Indonesia, menjadi korban deepfake iklan pelangsing berat badan yang menggunakan teknologi deepfake. Video deepfake yang menampilkan dirinya memberikan testimoni palsu tentang produk pelangsing menyebar luas, menimbulkan kebingungan dan kerugian reputasi. Kejadian ini memperlihatkan betapa mudahnya teknologi canggih digunakan untuk menyebarkan informasi palsu dan menipu konsumen.
Teknologi deepfake seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, deepfake menawarkan potensi besar dalam industri kreatif, pendidikan, dan bahkan untuk keperluan keamanan. Namun, di sisi lain, penyalahgunaan teknologi ini dalam penipuan, pembuatan konten pornografi tanpa persetujuan, dan penyebaran hoax dapat merusak kepercayaan publik dan mengancam privasi.
Pada 2017 dan 2019, insiden penipuan deepfake melonjak lebih dari 900% setiap tahun. Tahun 2020, penipuan ini menyebabkan kerugian bisnis lebih dari $250 juta. Salah satu kasus besar yang terkuak dalam media adalah seorang pekerja di Hong Kong tertipu mengirimkan $25 juta kepada penipu pada Januari 2024 lalu. Penipu ini menggunakan teknologi untuk membuat panggilan konferensi video palsu.
PBB juga mengeluarkan laporan di tahun 2024 yang menunjukkan penipuan siber di Asia Tenggara semakin bervariasi. Penipuan perbankan online, blockchain, transaksi cryptocurrency, dan kejahatan siber lainnya. Di Indonesia, sebuah bank pernah melaporkan penipuan berupa pengajuan kredit yang ternyata menggunakan deepfake. Hingga tahun 2026, diperkirakan 30% perusahaan akan menganggap solusi verifikasi identitas dan otentikasi saat ini tidak dapat diandalkan jika digunakan sendirian.
Anggap Anda memiliki perusahaan yang berpusat pada konsumen suatu industri, misalnya perbankan, asuransi, atau e-commerce. Lalu, deepfake menyerang sistem verifikasi biometrik perusahaan Anda yang menyebabkan konsumen Anda melalui kerugian. Dalam hal ini, Anda telah menyalahi salah satu hak konsumen yang telah diatur dalam UU Perlindungan Konsumen, yakni hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Lebih lanjut, di bawah ini adalah dampak yang akan terjadi pada perusahaan Anda:
- Kerugian finansial
Penipuan selalu menyebabkan kerugian finansial, terlebih penipuan dengan biometrik. Pada perusahaan e-commerce atau fintech, biometrik biasanya digunakan untuk transaksi. Sehingga ketika biometrik bisa dipalsukan menggunakan deepfake, penipu bisa mengakses transaksi dan menyebabkan kerugian finansial.
- Bahaya Reputasi
Kebocoran data pengguna menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa melindungi hak pengguna dengan baik. Hal ini berpengaruh terhadap reputasi perusahaan. Reputasi adalah sesuatu yang dibangun jangka panjang dengan aspek-aspek bisnis yang dimiliki. Sehingga, kerusakan reputasi akan berdampak besar bagi kinerja bisnis perusahaan.
- Harga Saham Perusahaan Terjun Bebas
Reputasi perusahaan juga berkenaan dengan harga saham. Saham sebagai indikator kesehatan perusahaan bersifat sangat dinamis terhadap segala hal yang terjadi di dalam tubuh perusahaan. Kepercayaan investor akan terganggu apabila perusahaan mengalami kerugiaan akibat sistem keamanan data yang buruk.
Sejumlah peristiwa dan data yang melibatkan deepfake menggarisbawahi pentingnya literasi digital di tengah masyarakat. Edukasi tentang cara mengenali konten deepfake dan memverifikasi informasi menjadi kunci dalam melindungi diri dari penipuan digital. Hari Konsumen Nasional menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kesadaran ini, mendorong konsumen dan bisnis untuk lebih waspada terhadap potensi bahaya teknologi deepfake.