Hacker adalah ancaman paling serius di dunia yang terhubung secara digital. Ada ratusan ribu, bahkan jutaan hacker atau peretas yang siap membobol sistem keamanan jaringan dan mencuri data.
Kasus peretasan selalu membuat gempar. Namun jarang yang dapat mengetahui siapa hacker yang beraksi dibaliknya. Lalu, siapa sebenarnya hacker itu? Bagaimana cara kerja mereka? Yuk, simak penjelasan di artikel ini!
Apa Itu Hacker
Seorang hacker adalah individu yang memiliki kemampuan pemrograman tinggi untuk mampu mendobrak sistem keamanan jaringan komputer. Hacker biasanya diwajibkan memiliki pemahaman mendalam mengenai komputer, perangkat keras dan perangkat lunak, pemrograman, serta jaringan.
Tujuan hacker dalam meretas bisa sangat bervariasi, mulai dari menguji sistem keamanan hingga melakukan tindakan kriminal yang merugikan pihak tertentu. Hacker seringkali mengincar dan mencari celah keamanan pada situs web milik pemerintahan, perusahaan besar, perbankan, dan lembaga penting lainnya.
Di dalam benak kita, istilah hacker sering kali dikonotasikan negatif dan dikaitkan dengan kejahatan siber yang merugikan. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua aktivitas peretasan bertujuan jahat. Hacker adalah pekerjaan yang juga dibutuhkan oleh tim IT dengan tujuan positif seperti menguji dan memperkuat sistem keamanan.
Bahkan, ada juga hacker yang ditugaskan secara resmi untuk menguji sistem keamanan data tertentu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hacker memiliki beberapa jenis dan peran yang berbeda.
Sejarah Hacker
-
Asal Usul Kata "Hacker"
Menurut The New Yorker, kata "hacking" pada awalnya tidak terkait dengan teknologi. Istilah ini baru digunakan dalam konteks teknologi pada tahun 1955 oleh Technical Model Railroad Club di MIT, yang menggambarkan bagaimana mereka memodifikasi perangkat kereta berteknologi tinggi.
-
Perubahan Konotasi
Istilah "hacker" yang awalnya positif berubah menjadi negatif setelah serangkaian kejahatan teknologi. Salah satunya dilakukan pada tahun 1979 oleh Kevin Mitnick yang dianggap sebagai hacker pertama. Dia membobol sistem komputer Digital Equipment Corporation (DEC) di Amerika. Sejak inilah hacking dianggap sebagai kejahatan.
-
Hacktivisme
Seiring waktu, muncul konsep "hacktivisme", kombinasi antara hacking dan aktivisme sosial. Pada tahun 2003, kelompok hacktivist internasional Anonymous dibentuk. Mereka dikenal dengan topeng Guy Fawkes. Hingga saat ini, hacker pun identik dengan topeng dan identitas yang tertutup.
Macam-macam Hacker
Dilansir dari Panda Security, berikut adalah berbagai jenis hacker dengan tujuan beragam:
1. White Hat Hacker / Certified Ethical Hacker
White hat hacker adalah peretas yang bertugas menguji dan mengevaluasi kelemahan dari suatu sistem dengan tujuan meningkatkan keamanan sistem tersebut. Hacker tipe ini telah diberi otoritas untuk menemukan kelemahan sistem, sehingga dia berwenang melakukan peretasan secara etis.
White Hat Hacker melaporkan semua penemuan celah keamanan kepada pihak terkait dan bertugas memperbaiki kelemahan tersebut agar tidak terjadi serangan eksternal oleh hacker jahat. Umumnya, jasa hacker jenis ini digunakan oleh pemerintah atau bisnis besar untuk mencegah serangan siber.
2. Black Hat Hacker
Black hat hacker adalah jenis hacker yang paling dikenal dan perlu diwaspadai. Hacker jenis ini adalah penjahat siber yang membobol sistem komputer dengan niat jahat atau kriminal, biasanya untuk tujuan ilegal. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang canggih untuk mencari celah keamanan siber. Black hat hacker mengeksploitasi kelemahan dalam sistem untuk mencuri data pribadi, merusak sistem komputer, atau mengubah jaringan penting.
3. Blue Hat Hacker
Blue hat hacker memiliki dua pengertian:
- Pertama, mereka adalah hacker yang memiliki motif balas dendam. Mereka biasanya meretas untuk membalas dendam pribadi terhadap seseorang atau mantan atasan, merusak data, situs web, atau perangkat musuh mereka.
- Kedua, blue hat hacker adalah profesional pihak ketiga yang bekerja untuk perusahaan atau organisasi. Mereka sering diundang oleh perusahaan untuk menguji perangkat lunak baru dan menemukan celah penyusupan sebelum dirilis.
4. Red Hat Hacker
Red hat hacker adalah hacker yang direkrut oleh lembaga pemerintah untuk menemukan kerentanan dan bug dalam sistem keamanan. Mereka fokus pada mengatasi serangan dari black hat hacker, bahkan menggunakan taktik yang sama seperti virus, malware, dan strategi lain untuk menyerang black hat hacker.
5. Grey Hat Hacker
Tipe hacker ini melakukan peretasan pada jaringan dan sistem komputer tanpa niat kriminal alias hanya iseng. Tapi dari keisengan ini, mereka sering menemukan kelemahan pada suatu jaringan dan memberi tahu pemiliknya. Mereka cenderung meretas tanpa izin pemilik dan terkadang baru akan memperbaiki kelemahan sistem jika diberi imbalan.
Berbagai Metode yang Digunakan Hacker
Hacker memiliki sejumlah metode untuk meretas. Berikut berbagai metodenya:
1. Peretasan Kata Sandi
Meretas kata sandi adalah praktik umum di dunia peretasan. Hacker menggunakan berbagai metode untuk mendapatkan kata sandi dari akun korban. Mereka menebak berbagai kombinasi dan kemungkinan kata sandi atau menggunakan algoritma sederhana yang menghasilkan kombinasi angka, huruf, dan simbol untuk mengidentifikasi kata sandi.
Baca juga: Kode Verifikasi Tidak Muncul di SMS
2. Infeksi dengan Malware
Hacker menyusup ke perangkat pengguna untuk memasang virus atau malware. Cara ini terjadi dengan cara hacker menargetkan korban melalui email hingga pesan instan. Metode ini biasa disebut phishing. Pengguna biasanya menerima pesan yang meminta mereka mengklik atau mengunduh file atau aplikasi tertentu. File tersebut kemudian menyebarkan malware yang dapat menginfeksi dan merusak sistem komputer.
3. Memata-matai Email
Hacker sering memata-matai email dari pengguna target. Mereka membuat kode untuk mencegat dan membaca email. Oleh karena itu, pengguna perlu memasang enkripsi untuk melindungi email.
Baca juga: Cara Verifikasi Email
4. Perekaman Keyboard
Cara peretasan ini dilakukan dengan melacak setiap kata dan tombol yang diketik pada keyboard komputer. Ada program khusus yang jika diinstal, akan merekam semua ketikan pengguna sehingga hacker dapat mencuri data dan privasi. Ini sangat berbahaya karena pengguna bisa saja tidak menyadari bahwa komputer mereka telah terinfeksi.
5. Rekayasa Sosial (Social Engineering)
Rekayasa sosial adalah teknik manipulatif yang dirancang untuk mengeksploitasi kesalahan manusia guna mendapatkan akses ke informasi pribadi maupun informasi keuangan. Hacker menggunakan identitas palsu dan trik psikologis untuk membuat orang mengungkapkan informasi pribadi mereka. Metode ini sering dikombinasikan dengan phishing, email spam, pesan instan, atau situs web palsu.
6. Program Akses Pintu Belakang
Hacker sering membuat program yang menciptakan jalur tidak terlindungi ke dalam sistem komputer. Mereka menginfeksi komputer dengan Trojan untuk mendapatkan akses dan mencuri data penting tanpa disadari oleh pengguna.
7. Pemanfaatan Wi-Fi yang Tidak Aman
Hacker juga bisa menyusup dengan hanya memanfaatkan jaringan Wi-Fi terbuka yang tidak aman. Metode ini dikenal sebagai wardriving. Setelah perangkat pengguna terhubung ke Wi-Fi yang tidak aman, hacker tinggal melewati keamanan dasar untuk mengakses perangkat yang terhubung ke jaringan tersebut.
8. Presentation dan Injection Attack dengan Deepfake
Presentation Attack adalah upaya penipuan pada sistem verifikasi dan autentikasi biometrik dengan cara menyajikan biometrik palsu menggunakan deepfake. Tujuannya adalah akses ilegal ke sistem keamanan.
Sementara Injection Attack adalah serangan berupa injeksi kode atau perintah berbahaya ke dalam sistem biometrik untuk mendapatkan akses tidak sah dan memanipulasi sistem. Contohnya, penipu menginjeksikan audio deepfake ke dalam pengenalan suara (voice recognition) yang ada pada sistem verifikasi. Sama seperti Presentation Attack, serangan ini bertujuan untuk mendapatkan akses ilegal ke dalam sistem keamanan.
Serangan siber akibat ulah hacker membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Untuk Presentation Attack dan Injection Attack, gunakan VIDA Deepfake Shield untuk memperkuat keamanan verifikasi. VIDA Deepfake Shield telah diperkuat dengan kemampuan untuk mengontrol seluruh proses dalam sistem biometrik, sehingga celah fraud sekecil apapun bisa cepat dicegah.