Dunia aset kripto saat ini sedang menghadapi ancaman yang semakin besar dari serangan siber. Insiden peretasan bursa kripto telah memperlihatkan betapa rentannya sektor ini. Salah satu ancaman yang paling berbahaya adalah rekayasa sosial (social engineering). Serangan rekayasa sosial biasanya menggunakan manipulasi psikologis, seperti phishing, untuk mendapatkan akses ke akun pengguna.
Berdasarkan laporan McKinsey, risiko pengambilalihan akun (Account Takeover) melalui rekayasa sosial diperkirakan meningkat hingga 92%. Di sektor kripto, serangan pengambilalihan akun dan pencurian aset tidak bisa dipulihkan. Hal ini diperburuk oleh fakta bahwa transaksi kripto bersifat irreversible—sekali aset dicuri, hampir tidak mungkin untuk dikembalikan.
Dikutip dari Blockpit, berikut bentuk penipuan kripto yang marak terjadi tahun 2024:
- Penipuan Phishing: Penipu mengirimkan email atau pesan yang tampak seperti dari sumber yang sah, untuk menipu korban untuk mengungkapkan informasi sensitif, seperti PIN dan password.
- Serangan Malware dan Ransomware: Penipu menggunakan malware untuk mendapatkan akses tidak sah ke perangkat korban dan mencuri kripto mereka atau meminta tebusan untuk mengembalikan akses.
- Penipuan Impersonasi: Penipu berpura-pura sebagai perusahaan sah, lembaga pemerintah, atau individu untuk memanipulasi korban untuk memberikan informasi sensitif atau berinvestasi dalam skema palsu.
- Aplikasi Palsu: Penipu menciptakan aplikasi palsu seperti e-wallet palsu yang tampak sah namun sebenarnya dirancang untuk mencuri kripto pengguna atau informasi sensitif mereka.
Jenis-jenis penipuan ini menunjukkan strategi yang terus berkembang digunakan oleh penipu untuk mengambil keuntungan dari kelemahan dalam ekosistem kripto.
Aset kripto, berbeda dengan sistem keuangan tradisional, tidak memiliki mekanisme pemulihan setelah transaksi terjadi. Ini berarti bahwa jika penjahat siber berhasil mengambil alih akun melalui serangan social engineering, kerugian aset menjadi permanen. Menurut laporan FBI 2023, kerugian global akibat penipuan di sektor kripto mencapai lebih dari USD 5,6 miliar, meningkat 45% dari tahun sebelumnya.
Otentikasi Biometrik untuk Melindungi Aset Kripto adalah Solusi
Penipuan phishing, impersonasi, dan aplikasi palsu yang semuanya mengarah pada pengambilalihan akun dapat dicegah dengan otentikasi yang lebih aman. VIDA menawarkan keamanan ekstra untuk transaksi digital melalui otentikasi biometrik.
Teknologi ini memberikan keamanan yang jauh lebih baik dibandingkan metode tradisional seperti password dan OTP. Dalam sektor kripto, solusi utama yang ditawarkan oleh VIDA adalah:
- PhoneToken: Solusi ini menghubungkan akun pengguna dengan perangkat terverifikasi. Dengan PhoneToken, hanya perangkat yang sah yang dapat digunakan untuk transaksi, sehingga mencegah akses tidak sah yang sering terjadi akibat phishing atau pengambilalihan akun.
- FaceToken: Menggantikan metode verifikasi tradisional seperti SMS OTP dengan teknologi pengenalan wajah. Berdasarkan studi Frost & Sullivan, teknologi pengenalan wajah memiliki tingkat akurasi hingga 98,5% dalam mencegah upaya penipuan berbasis identitas. Ini memastikan bahwa hanya pengguna yang sah yang dapat mengakses akun kripto mereka.
Keunggulan Otentikasi Biometrik dalam Sektor Kripto
- Sulit Dipalsukan
Dibandingkan dengan password atau OTP, ciri fisik seperti wajah atau sidik jari jauh lebih sulit untuk dipalsukan, sehingga mengurangi risiko pengambilalihan akun. - Mengurangi Human Error
Pengguna tidak perlu lagi mengingat password atau kode OTP yang rumit. Verifikasi biometrik dilakukan secara instan, meminimalkan risiko serangan phishing dan kesalahan pengguna. - Perlindungan Berlapis
Dengan otentikasi berbasis perangkat dan biometrik, solusi ini memberikan lapisan perlindungan yang lebih kuat. Teknologi ini mampu mencegah serangan pengambilalihan akun hingga 99,9%, menurut hasil uji coba internal yang dilakukan VIDA.
Mengatasi Ancaman AI-Generated Fraud
Selain serangan rekayasa sosial, teknologi AI-Generated Fraud seperti deepfake dan identitas sintetis juga menjadi ancaman utama di dunia kripto. Berdasarkan VIDA Whitepaper, 60% bisnis di Indonesia mengaku belum siap menghadapi serangan berbasis AI. Teknologi seperti Deepfake Detector dari VIDA sangat penting dalam mendeteksi dan memblokir konten deepfake yang digunakan untuk penipuan.
Dengan meningkatnya serangan rekayasa sosial dan ancaman berbasis AI, teknologi otentikasi biometrik menjadi solusi yang sangat dibutuhkan untuk melindungi aset kripto. Dengan mengadopsi solusi seperti VIDA Identity Stack, bisnis kripto dapat memperkuat keamanan akun pengguna dan menjaga kepercayaan dalam ekosistem digital yang semakin kompleks.
Baca lebih lanjut tentang VIDA Identity Stack di whitepaper ini.